Disil's stuff

A bunch of randomness #4

“What is this, mum? Looks inedible to me,” as I press the so-called Indonesian food called Rendang with my fork.

“It's like steak, Dave, except it is covered with thick Minang flavour. Try it, and I'll bet you will crave it.” mom replied.

My first impression is that the meat is soft. It has a strong, delicious smell, although it looks spicy. But after I tasted it, I got hooked on it.

Suddenly, dad got home early. It's still 1 PM, but my dad had come home with his car. I got up and ask my dad “What's wrong?” but he kept walking, going to his room.

I continued to walk beside dad. “Come on, dad, tell me the truth.”

“Stop David! I need to have a rest.” dad implies. I shocked.

He rarely called me “David”, except when he is really upset.

"Come on dad, tell me what's wrong"

"I'M FIRED," he shouted as he slammed the door of his room. He locked the door.

"Dad? Unlock the door, it's okay to feel sad. You have me-"

"Get out of this house, David! Stop bothering me."


“Assalamualaikum, Dave” ucapku sambil memencet tombol bel yang ada di gerbang rumah dia. Sebetulnya aku kesini cuma pengen ngasitau dia aja, kalo namanya Aden itu ya Aden, bukan Eden (insert bule speaking accent here).

Ternyata ada yang nyamperin, tapi di luar. Tentu saja itu Aden. "Ngapain meneh kamu ke sini? Mau makan snacknya itu kah? Emang sampeyan suka? Benyek gitu,"

"Emangnya kamu mau dipanggil Eyden terus? Dia kan juga mesti belajar bahasa sini."

"Yo wes, nanti tak sembur dheweke koyo gini: 'mbok ngomong tu yang bener, ojo dibawa Australine ke sini' pasti dia langsung keder"

Terkadang, aku terpana dengan temanku yang satu ini. Kalo lagi kesel, dia benar-benar langsung straight to the point. Tapi anehnya, dia selalu nemu alasan benar. Contohnya, pas kasus ini, dia 'bisa' seenaknya ngomong gitu dengan alasan 'toh dia juga gak paham'

Tiba-tiba, kita lagi ngalor-ngidul gitu, muncul Dave keluar rumah, geret pager terus lari. Nabrak Aden.

"Woy, jalan pake mata DONG. Sakit tau diinjek pake sepatu, omong-omong sampeyan arep nang endi?" Aden melotot marah-marah. Ya sebetulnya wajar sih. Aden pake sendal swalow, terus yang nginjek sepatu rasanya mantap.

"Sorry, can I ask for help? I think I need to hide from my father for a little while."

Aku mengeluarkan hape dan mengetik 'translate inggris indonesia' di browser.

"Use this, we cannot understand your speaking," ucapku dengan penuh kehati-hatian, takut 'salah kaprah'.

Hasil translatenya seperti ini: "Maaf, bisa saya minta tolong? Saya mau menjauh dulu dari bapak saya, karena lagi dimarahin. Bisakah kalian menemani saya?"

Aden langsung jawab "Oooooo its okay, not why why"

"What do you mean by 'not why why' Eden? I'm not in the mood for jokes right now,"

"Maksudnya tu tidak apa apa. Hih nyebelin juga mumet ngeyel aja, sampeyan mau ikut ga?"

Aku senggol Aden sambil berkata "eh mau ngajak dia kemana? Dia ndak tau medan lo, nanti kamu dimarahi orang tuanya gimana?"

"Urusan nanti. Liat tu, dia hampir nangis." kata Aden.

Baru kali ini Aku liat Aden bisa 'mengambil keputusan' cepet, ndak kayak biasanya tarik-ulur.


Hampir sampai di rumah Aden...

Gilak. Anak ini jalannya cepet, karena kakinya panjang. Tapi ya itu, dia merah-merah kulitnya, mungkin kepanasan.

"Guys, can we rest? Let's rest there" dia nunjuk-nunjuk pohon mangga tinggi didepan rumah Aden.

"Lah iki rumahku, ngapain di sini"

Tapi anak bule ini malah langsung duduk. Aden nyambar "HEH itu bekas pipis orang pesing jorok ew, ono klepon kucing iku,"

"What? What do you mean?"

"Rangga sini hapemu, tak translateno omonganku barusan. Emosi kadang sama orang kaya gini ndak ngerti blas yang aku omongi."

Setelah membaca hasil translate, Dave terkejut. Dia langsung diri ngibas-ngibas celana pendeknya.

"Tuman wis tak kandhani,"

#story