Disil's stuff

Pengalaman bazar di sekolah

Hut RI ke 77 sudah lewat. Di hari bersejarah ini sekolah gw mengadakan upacara bendera dan bazar makanan & minuman. Sebagai seorang anak yang ga pernah & malu untuk jualan di sekolah, ini adalah kesempatan yang bagus untuk mulai jualan. Sebetulnya ada kegiatan lain, yakni lomba bakiak & tarik tambang, namun karena gw ga bisa olahraga, jadi ya ngga mau ikut.

Karena yang membuat bazar itu sekelas, maka yang punya tugas untuk menghias pun (seharusnya) sekelas. Gw membuat menu menggunakan kardus yang dilapisi dengan karton hitam, serta ditempel2 dengan gambar makanan yang akan dijual.

Bazarnya dilangsungkan dari jam 8 pagi (setelah upacara bendera) sampai siang sekitar jam 12. Mempersiapkan stand bazar tidaklah mudah. Satu kelas hanya diberikan 3 meja kecil dan satu rak sepatu untuk menaruh barang. Menu yang akan dijual oleh kelas gw banyak; contohnya bakso bakar, es teh, usus krispi, risol mayo dan lain sebagainya. Kelas lain jualannya lebih mewah, apalagi kakak kelas yg kls 12. Mereka bahkan jualan nasi uduk dengan berbagai macam lauk. Unbelievable.

Kesalahan yg gw lakukan pada hari pertama adalah tidak menyediakan taplak meja. Kesannya seperti sebuah tubuh yang di bagian atas menggunakan baju dan dekorasi yang meriah, sementara di bawah tidak ada penutup meja (kayak telanjang). Take a look at this image:

foto stand kelas X IPA 6 didepan tim penjual
Stand bazar hari pertama

Penilaian bazar dilakukan berdasarkan kebersihan dan kerapihan stand. Menurut gw kalau masalah kebersihan memang agak susah, karena tepat di samping stand kami ada tong sampah (yang tidak bisa digeser karena dikurung besi). Apalagi banyak orang yang buang sampah kesitu, akhirnya jadi cepet penuh dan luber. Untungnya tong sampahnya tidak bau karena mayoritas sampahnya plastik bekas es, atau bungkus makanan yang kering.

Makanan ter-fav di stand kelas gw tentu saja risol mayo. Karena harganya hanya Rp.1500 per pcs, dan Rp.5000 4pcs. Anak2 yang lain sudah bertanya lagi ke lisa (yg bawa risol mayo), dan katanya tetep untung, krn modalnya Rp.1200an. Wajar saja jika risol di stand gw langsung diserbu dan habis dengan cepat, mengingat stand lain juga jual risol tapi harganya 2000an.

Gw sendiri juga mencoba risol mayonya, dan ketagihan. Isinya ga hanya sayuran, tapi juga ditambah telor. Walaupun sedikit, tapi untuk harga 1500 ya sangat worth it.

foto makanan yg disajikan diatas meja bazar
Beberapa menit sebelum risol mayo habis

Setelah menata meja, langkah yang selanjutnya dilakukan adalah menjual makanannya. Promosi yang pertama adalah dengan gw dan seorang teman berkeliling antar kelas. Karena masih pagi (jam 9an) ya jadi nggak ada yang beli. Sudah keliling se-sekolahan hanya terjual 4 biji risol. The amount of awkward involved is unbearable yknow..

The surprising fact adalah meskipun kami menjual es teh yang expensive, yakni 5 ribuan, tapi banyak yang membeli. Mungkin karena kelas lain hampir semua menjual es kuwut, akhirnya the classic es teh manis malah jadi langka.

Sekitar jam 10an gw mulai muak menungguin bazar. Akhirnya gw berakata "gaes dagangannya kita jual di ruang guru gimana?". Pada setuju, tapi pada dorong-dorongan. Akhirnya ada yang ngalah, ikut sama gw ke ruang cikgu jadi pedangang asongan. Teknik marketingnya adalah dengan menawarkan usus krispi sebagai 'kriuk2' untuk menambah cita rasa makanan yang sedang mereka makan, serta menawarkan bolen & agar-agar sebagai hidangan dessert. Trik ini bekerja, terbukti dari banyaknya ibu-ibuh yang langsung membeli 2-4 biji bungkus makanan.

Kelas kami termasuk salah satu yang selesai (dagangannya habis) duluan. Sebuah achievement yang bisa dibanggakan, mengingat kelas gw lomba tarik tambang & bakiak kalah.

3 cewek kelas gw lagi main bakiak
Perjuangan melawan musuh walaupun akhirnya kalah ;(

Suasana di hari ke-2 bazar kurang lebih sama seperti di hari pertama. Perbedaannya ada senam, jadi pembeli es teh menambah dengan signifikan. Selain itu, dagangannya pun lebih cepat habis dibandingkan sebelumnya, karena kami berkeliling sambil membawa pan dengan isi bakso bakar yang baru dibakar. Sayangnya agak missed opportunity untuk membuatnya menjadi atraksi, jadi bakso dibakar di tempat ketika ada yang pengen.

Di sisi lain fashion show kelas kami berjalan kurang lancar, akibat dari operator sekolah. Jadi, setiap peragawan/peragawati masuk ke lapangan dan berjalan di red carpet serta bergaya yang anggun. Nah, di kelas kita terdapat kesalahan, jadi ketika peragawati masuk ke lapangan, musik yang dipakai tidak berubah, malah melanjutkan dari musik yang sebelumnya. Akhirnya filsafat dari baju yang diperagakan tidak jadi dibacakan.

At least udah tampil dan berusaha semaksimal mungkin :)

foto bersama X IPA 6
Foto bersama setelah fashion show

So what? Udah ya sampai sini ceritanya. Berjualan di bazar sekolah itu chaos tapi fun. Apalagi setelah dihitung-hitung profit yang didapatkan mencapai 300 ribuan, rasa letihnya langsung hilang.

#sekolah