Disil's stuff

A bunch of randomness #6

This story uses a lot of bad word, so if you get offended, then don't read this story ok👍

Lamanya si Dave ini di kamar mandi. Dia sebetulnya ngapain sih? Udah setengah jam ndak keluar keluar. Apa gak sakit ya dia ngeden gitu.

Emakku marah ngomel karena Dave. Taunya si Dave ndak paham boso jowo, jadi ya marah-marahnya pake bahasa jawa. Gaya ngucapinnya juga nyebelin, sok ramah padahal satir.

Aku beranjak dari lantai, habis disuruh ngebersiin bekas kotoran cicak di lantai. Aku ke arah pintu WC, dan mengetuk pintu.

“Dev, kamu disana? Meneng² bae disana, ngapain?” ucapku sambil gedor-gedor pake telapak tangan.

Tanpa ada suara siraman air sedikitpun, tiba-tiba Dave muncul keluar dengan wajah yang pucat. Memang sih, dia berkulit putih, tapi ini jadi pucat banget. “Kenapa Dev? Are you okay?”

“N-no, nothing, can I go home right now? I'm in hurry, please help me”.

“Yes, yes” jawabku, padahal ngga ngerti dia ngomong apa. Terus dia narik-narik lenganku ke luar rumah dan nunjuk-nunjuk jalan. Apakah dia mau pulang? Katanya tadi lagi mumet, kenapa sekarang mau pulang?

Entah apa yang terjadi dengan otakku, saat itu tiba-tiba aku memutuskan untuk mendekatkan badanku ke tubuhnya yang keringetan.

Aku ngeliatin celana pendeknya basah, eh tiba-tiba dia menghindar, dan pergi dariku. “Ni anak sebetulnya ada masalah apa si”. Dev jalan keluar rumah nyelonong aja make sepatunya buru-buru.


“Craig, it's fine. Your parents are worried so much about you, that they've agreed to bring you to visit your best friend's house. Calm down, you're gonna have a fun trip there!” said my homeroom teacher.

I'm embarrassed to admit that I am excited. Why? Because I had been crying for a lot of nights now, talking about my plans to run away from home, and other really silly plans.

"B-but, how about school? I don't want to miss my assignments and teachers at school," I said. I regretted that sentence I just said earlier, it made me look like a nerd.

"Umm, I didn't expect that kind of sentence to come out of your mouth haha," he laughed. "Anyway, if that's your wish, I'll call every single of your teacher to give you assignments that can be done when you're there. Once you back, you can submit it. Is that okay?"

"I can agree with that. Anyway, thanks for persuading my father to let me go to Dave's place. Without you, I may never visit him again." I said that sentence and cringed. It's probably the cringiest stuff I ever said in an attempt to make me look 'diligent'.


Aku lagi duduk, membeli bakwan panas di warung Bu Aminah. Memang tidak ada yang bisa mengalahkan rasa gorengan yang dibuat olehnya. Bumbunya meresap sampai ke gigitan terakhir.

Aku teringat kejadian tadi ketika di rumah Aden. Aneh banget, ibunya sudah satir disana-sini, sementara Davenya sibuk menyiram air di kamar mandi. Entah apa yang terjadi selanjutnya, pokoknya aku pamit duluan dengan berbohong "lupa ada PR".

Bengong memikirkan hal seperti itu membuatku terlena dengan panggilan kaki dari Nabila, satu-satunya perempuan dari serkel kami. Sebetulnya ia adalah satu-satunya anak perempuan yang ada di RT ini. Yap, memang, RT ini krisis anak kecil seperti kami, sehingga kehidupan sehari-hari terasa sepi. Semua sudah tumbuh besar, dan pindah ke daerah yang lebih 'kota'.

"Lo bengong aja dari tadi, apaan sih? mikirin Aisyah yaa" ucapnya sambil tiba-tiba duduk di bangku sampingku.

"Apanya, ngga kok. Lagi ngeliatin rumahnya Pak Barkah, dari kemarin kok sepi aja ya?"

"Heleh, alasan. Bukannya waktu itu elo yg ngasitawu klo dia pulang kampung? Mbok kalo cari alasan tu sing pinter, lu mah bego." jawabnya dengan ketus.

"Terus kamu dateng kesini mau ngapain?"

"Ya mau beli gorengan lah, apa lagi coba? Buat krush gw nanti."

Sontak aku terkejut, dan berkata "HA KAMU PUNYA CRUSH? SAHA?"

"Ada deh, mau tawu ajah." ucapnya. Memang andai saja dia laki-laki saja, sudah kutampar itu mulutnya.

5 menit kemudian

"Nah itu dia orangnya datang," kata Nabil.

"Mana? Dia sia--AH"

Karena kami sama-sama duduk di ujung bangku panjang ala warteg itu, maka ketika ada satu orang yang berdiri, yang lainnya akan ngejungkang. Itulah yang terjadi kepadaku.

Nyusrug ke samping, bangkunya kebalik, dan es ku tumpah ke baju.

"Aduh nak, hati-hati, ndak papa kan?" kata Bu Aminah, muncul dari balik pintu warung.

Semuanya belepotan. Bajuku basah, celana kejepit terus sobek, sendal putus. Ah, sudahlah, hari tersial.

Aku terbentur di bagian kepala, terkena ujung bangku kayu yang tidak terasah. Sakitnya nggak seberapa, tapi malunya diliatin Nabil, Bu Aminah, dan crushnya itu lo, tidak tertahankan malunya.

"Sukurin," kata Nabil.

#story